Budidaya kepala sawit di lahan gambut mempunyai suatu tantangan
tersediri. Lahan gambut merupakan lahan yang berpotensi tinggi, namun dalam
kondisi tidur, di sinilah peran pupuk hayati Bio P2000Z sangat signifikan. Hal ini dapat diketahui bahwa kandungan bahan organik di dalam
lahan gambut sangat tinggi, bahan tersebut merupakan sumber unsur hara yang
sangat potensial.
Namun lahan gambut merupakan lahan yang bermasalah beberapa
masalahan pada umumnya terjadi di lahan gambut adalah sebagai berikut:
(1)
Permasalahan bahwa unsur hara tersebut dalam kondisi tidak dapat diserap oleh
tanaman dikarenakan adanya keasaman tanah, dan beberapa unsur terikat dampak
dari proses penimbunan dan perendaman yang beratus-ratus tahun.
(2)
Kandungan unsur hara tertentu yang berasal dari tanah relatif sangat sedikit.
Walaupun dibutuhkan tanaman relatif sedikit, namun karena ketersediaan di lahan
tidak mencukupi maka tanaman yang ada di atasnya sering mengalami kekurangan
unsur tersebut yang berdampak pada proses metabolisme dan kesehatan tanaman.
(3)
Kandungan unsur-unsur racun bagi tanaman dan hewan yang merupakan dampak
dari keasaman tanah tersebut. Secara proses kimiawi hidroksida akan diikat,
sedangkan unsur-unsur kation yang biasanya berupa logam menjadi terlepas yang
menjadi senyawa racun bagi tanaman, hewan dan manusia.
(4)
Kandungan air yang ada di lahan gambut. Struktur lahan gambut tidak padat,
yaitu terdiri dari sisa-sisa tanaman yang tidak membusuk secara total.
Sehingga antara satu bagian dengan bagian lainnya mempunyai rongga. Pada
saat lahan digenangi air maka seluruh lapisan terisi air. Kondisi ini terjadi
beratus tahun karena lahan gembut biasanya pada lahan yang tergenang air
yang tidak teralirkan. Upaya membuat drainase dan mengalirkan air yang menggenang
akan berdampak pada mengalirnya seluruh air yang ada di lahan tersebut.
Sehingga lahan menjadi kering kerontang.
(5)
Ketebalan gambut berpengaruh terhadap tanaman. Tekstur lahan tidak mantap,
banyak rongga, bahan berasal dari materi tanaman, kandungan tanah alam sangat
sedikit atau bahka tidak ada. Untuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan
besar, maka ketebalan gambut menjadi masalah. Lahan gambut pada umumnya tidak
padat, sehingga tanaman besar dapat miring atau bahkan rubuh jika ditanam di
lahan gambut.
(6)
Banyak lagi permasalahan yang ada di lahan gambut yang tidak seluruhnya
dituliskan di sini.
B. Pemanfaatan
Lahan Gambut Untuk Lahan Pertanian
Pemanfaatan lahan gambut untuk lahan pertanian yang subur telah terjadi
di berbagai daerah, di luar negeripun lahan-lahan subur di benua Amerika,
Canada, dan Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Argentina, Brazil dan Chili)
sebagian berasal dari lahan gambut. Demikian pula lahan di Indonesia sendiri
sebagian berasal dari lahan gambut. Khusus untuk budidaya tanaman sawit
sudah banyak lahan gambut yang digunakan.
Adanya inovasi baru di bidang teknologi pertanian sangat memungkinkan
penanganan lahan gambut dengan hasil yang optimal. Selama ini penanganan lahan
gambut di Indonesia masih menggunakan sederhana, namun hasilnya cukup
menggembira-kan. Proses sederhana ini akan lebih optimal dengan menambah atau
menyempurnakan dengan menggunakan inovasi teknologi yang saat ini telah
ditemukan. Beberapa proses penanganan lahan gambut menjadi lahan pertanian
khususnya untuk budidaya kelapa sawit adalah:
1.
Proses fisik: dilakukan dengan membangun/menata lahan sehingga drainase dan
pembentukan lahan untuk media tanaman tersedia. Lahan yang semula
digenangi air, maka dilakukan drainase yang membuat lahan tidak tergenang lagi.
Jika ada tanaman di atasnya maka tanaman dapat tumbuh dan tidak terganggu
dengan adanya air yang tergenang. Pembangunan drainase ini dinamakan tata air
makro dan tata air mikro. Proses ini tetap dilakukan karena pembenahan fisik
sangat diperlukan.
2.
Proses kimia: dilakukan pada lahan-lahan yang mempunyai keasaman tinggi atau pH
rendah, maka berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi tertentu
membuat tanaman tidak dapat tumbuh. Upaya perlakukan yang digunakan adalah
memberikan kapur tohor dan dolomit.
Proses
ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan membutuhkan materi kapur dan
dolomit relatif banyak. Sedangkan hasil yang dicapai masih meragukan, jika
kondisi keasaman sangat kuat justru kapur menggumpal dan lahan tidak berubah.
Penanganan
lahan asam menjadi netral dapat dilakukan dengan cara memproduksi bahan
katalisator yang mengubah sifat asam tanah menjadi netral, dan bahan tersebut
dapat diproduksi dari bahan gambut bersangkutan. Proses tersebut hanya dapat
dilakukan oleh makluk hidup mikroba/ jasat renik.
Ada
jenis mikroba yang dapat menghasilkan enzym bersifat katalisator yang mampu
mengubah senyawa asam menjadi netral. Mikroba tersebut ditemukan pada tanaman
yang seharusnya tidak tumbuh di lahan gambut, tetapi ditemukan tumbuh. Setelah
diteliti ternyata terdapat mikroba yang bersifat seperti yang dijelaskan di
atas. Pada saat ini mikroba tersebut telah dikembangkan dengan mikroba lain
dalam produk dari”Teknologi
Bio Perforasi” (pupuk
hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair
”Phosmit”
3.
Proses alami: biasanya penanganan lahan gambut ini dengan cara alami yaitu
ditanami dengan jenis tanaman yang cocok. Dengan berjalannya waktu dicoba
dengan tanaman lainnya dan semakin beragam. Biasanya menunggu antara 5 tahun
untuk lahan gambut jenis D dan E, sedangkan pada lahan gambut C dan B
membutuhkan antara 5 sampai 10 tahun. Bahkan untuk lahan A dan sebagian B
membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun.
Lamanya
proses tersebut dikarenakan kondisi dan kandungan unsur-unsur kimia yang perlu
diubah menjadi kondisi yang cocok dengan pertumbuhan tanaman.
Misalnya:
Tanah asam perlu dinetralkan; kandungan unsur yang bersifat penghambat
tanaman (logam-logam berat) perlu diubah persenyawaannya menjadi tidak beracun,
bahan organik yang belum busuk perlu dibusukkan.
Proses
ini sebenarnya secara alami dilakukan oleh mikroba. Lamanya waktu yang
dibutuhkan dalam proses ini karena keberadaan mikroba relatif sedikit,
dan bahkan tidak ada. Dengan jumlah relatif sedikit tingkat pencapaian
hasil menjadi lambat dan kurang sempurna sesuai harapan.
Inovasi
yang dilakukan ”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk
organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit” adalah gabungan
penyediaan unsur hara siap serap dan mikroba-mikroba digunakan sebagai
pengelola tanah dan tanaman yang terdiri dari:
(1)
Mikroba pengelola kondisi lahan, yang mempunyai kemampuan sebagai pengubah
keasaman tanah, mikroba yang mampu mengubah unsur racun bagi tanaman menjadi
senyawa tidak beracun.
(2)
Mikroba pengelola unsur hara tanaman yang mempunyai kemampuan: menyerap unsur
N2,O2, H20, CO dari udara; mempunyai kemampuan menguraikan ikatan Phospat di
tanah. Mengubah zat-zat kimia termasuk pupuk an organik menjadi organik
dan menyimpannya dalam tubuh yang siap diserap tanaman.
Dari
dua kemampuan tersebut maka lahan gambut dapat dipercepat paling lambat 2 tahun
sudah sama dengan kondisi secara biasa mencapai 10 tahun.
4.
Proses pembakaran: Proses ini sering dilakukan untuk penanganan lahan gambut.
Proses ini diawali dengan mengalirkan air yang tergenang dengan membuat saluran
drainase. Setelah kering lahan dibakar.
Dampak
yang ditimbulkan dengan proses pembakaran ini adalah: (1) hilangnya timbunan
unsur hara (gambut) yang bernilai milyaran jika dikonversikan dengan harga
pupuk an organik. (2) tanah menjadi sangat miskin, dan biasanya jika digunakan
untuk lahan pertanian memerlukan unsur tambahan termasuk nitrogen yang
seharusnya melimpah di lahan gambut. (3) berpengaruh terhadap emisi carbon yang
sangat ini semarak dibicarakan.
Penggunaan
teknologi bio perforasi yaitu memfungsikan Mikroba dekomposer yang mempunyai
kemampuan menguraikan/ membusukkan baik bahan organik maupun membongkar
bahan-bahan an organik dari tanah maupun batuan lunak.
Dengan
demikian lahan gambut yang berasal dari tanaman yang tidak diuraikan karena
tergenang, dengan bantuan mikroba pada proses teknologi bio perforasi akan
terdekomposing (teruraikan) atau mengalami proses pembusukan menjadi bahan
organik yang tidak beracun bagi tanaman dengan kandungan unsur hara tidak
hilang baik oleh pembakaran maupun tercuci air.
0 komentar:
Posting Komentar